Senin, 16 Mei 2016

Tawakal Ijazah

Tawakal Ijazah
Tawakal Ijazah
Bulan-bulan ini, bagi para pelajar tingkat akhir di Indonesia adalah bulan-bulan yang menegangkan. Secara setentak dan bergiliran para pelajar tingkat akhir di SMU/SMK, SMP, dan SD sibuk menghadapi UAN. Lalu mengikuti seleksi masuk ke tingkat di atasnya. Bukan hanya mereka yang tampak agak panik, bahkan orang tua masing-masing pun ikut nervous.

Seorang teman sempat bercerita betapa di beberapa tempat, para pelajar yang telah usai melaksanakan UAN, melampiaskan suka cita dengan cara berlebihan. Seolah-olah mereka baru saja terlepas dari himpitan beban yang sangat dahsyat. Padahal hasilnya pun belum lagi diumumkan, bagaimana jadinya ketika hasil ujian diumumkan dan mereka termasuk yang lulus ujian. Suka cita seperti apalagi yang akan mereka lampiaskan?

Bagi sebagian orang tua, keberhasilan anaknya lulus ujian dan dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah favorit merupakan kebanggaan yang sangat besar. Seolah-olah dunia sudah mereka dapatkan seluruhnya. Terbayang betapa akan harum namanya serta betapa akan cerah wajahnya di hadapan karib kerabat, handai-tolan, dan teman sejawat. Seolah-olah ini sebagai pembuktian keberhasilan dalam mendidik putra-putrinya atau pembuktian atas kecemerlangan otak garis keturunannya.

Terbayang di lubuk yang terdalam dari generasi yang hidup di lingkungan pendidikan akademik formal, lembaran-lembaran ijazah dari lembaga pendidikan yang terkemuka akan mengantarkannya ke kehidupan yang mapan di dunia. Sehingga keberhasilannya dalam mendapatkan ijazah dari sekolah terkemuka bisa mengghasilkan rasa frustasi yang hebat. Seolah-olah dunia telah runtuh seluruhnya menghimpit dadanya.

Terdengarnya berita kejadian-kejadian yang ekstrem seperti peristiwa bunuh diri karena gagal ujian oleh para pelajar dari berbagai tingkat bahkan yang seingkat SD, sungguh membuat kita mengelus dada. Mungkin saja karena tuntutan dan harapan orang tua, keluarga, dan masyarakat yang terlampau berlebihan ikut andil di dalamnya. Seolah-olah ijazah adalah benda keramat yang harus diperebutkan hidup-mati. Sungguh fenomena gernerasi yang bertawakal pada lembaran ijazah.

Semoga Allah membebaskan kita dari jerat ‘tawakal ijazah’ dan menunjuki kita pada tempat tawakal (bersandar) yang semestinya. (Ustadz Zubair)

Sumber:
Majalah Tashfiyah, Edisi 48, Volume 4. 1436 H/2015 M. Bunga-bunga Tawakal. Halaman: 6-7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar