Minggu, 07 Oktober 2012

3 Pemuda Dalam Goa

Oleh: Dr. H. M. Baihaqy, Lc MA – Ketua Ikadi Surabaya

Tiba-tiba pintu goa tertutup, tepat dimulut goa terdapat batu besar yang menutup pintu goa. Tiga pemuda yang sedang istirahat dari perjalanan jauhnya itu terbangun secara serentak. Betapa diri mereka terancam tidak dapat keluar, dan segera berusaha menyingkirkan batu besar itu sekuat tenaga, namun sia-sia.

Akhirnya, tiada jalan lain kecuali bermohon dan bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang menggenggam alam raya ini, Allah yang mengetahui nasib tiap manusia, yang menjadikan kematian dan kehidupan manusia. Ketiga pemuda tersebut sepakat untuk bertawasul kepada Allah dengan amal kebaikan yang pernah mereka lakukan masing-masing.

Pemuda pertama berdoa: “Ya Allah, aku pernah berbuat amal kebaikan terhadap ibu-bapakku yang sudah sangat tua. Aku adalah penggembala yang tinggal bersama istri, anak dan kedua orang tuaku. Setiap aku pulang dari gembalaan, selalu aku beri minum susu pada kedua orang tuaku, lalu anak dan istriku. Namun suatu ketika aku terlambat hingga sore hari. Saat aku pulang ternyata kedua orang tuaku sudah tertidur sehingga aku menungguinya sampai bangun pagi hari, aku tidak memberikan susu kepada anakku kecuali kuberikan dahulu kepada orang tuaku meskipun saat itu anakku menangis-nangis di kakiku. Demi Allah, jika Engkau melihat ini sebagai kebaikan maka bukalah pintu goa ini agar kami selamat.

Tiba-tiba pintu itu terbuka sedikit dengan karunia Allah, namun mereka masih belum bisa keluar.

Giliran pemuda kedua berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai gadis layaknya remaja yang mencintai gadis lain, dia adalah anak pamanku. Aku jujur benar-benar cinta padanya. suatu ketika aku mengajak dirinya untuk berbuat bejat namun ia menolaknya kecuali harus membayar seratus dinar. Aku pun berusaha dengan sangat payah untuk mendapatkan uang seratus dinar, dan terkumpulkan. Lalu aku mengajaknya berbuat bejat, namun ketika hendak melakukannya, ia berkata, : “Hai hamba Allah, ingatlah kepada Allah dan bertaqwalah, jangan engkau merenggut kehormatan seseorang kecuali dengan cara yang benar”. Aku tiba-tiba tersadar, aku batalkan dan aku tinggalkan seratus dinar itu padanya. Demi Allah, jika ini Engkau lihat sebagai kebaikan amal, maka bukalah pintu goa ini agar kami bisa selamat.

Tiba-tiba pintu itu terbuka lagi sedikit dengan karunia Allah, namun mereka masih belum bisa keluar.
Akhirnya sampai giliran pemuda ketiga: “Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki banyak pekerja yang bekerja dikebunku, aku berikan upah setiap pekerjaan mereka kecuali ada satu orang yang tidak mengambilnya lalu ia pergi. Lalu aku kembangkan uang upah itu hingga menjadi banyak onta, sapi, kambing dan budak. Suatu ketika pekerja yang satu itu datang dan meminta haknya. Maka aku berikan semua onta, sapi, kambing dan budak hasil upahnya dulu. Lalu ia mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikitpun. Akupun membiarkannya. Demi Allah, jika Engkau melihat ini sebagai amal kebaikan, maka bukalah pintu goa ini agar kami selamat.

Tiba-tiba pintu gua itu terbuka dan mereka bisa keluar dengan selamat.

Pelajaran yang dapat diambil :
  1. Allah Maha penggenggam alam semesta, yang menguasai kehidupan dan kematian manusia. Maka setiap nasib buruk dan baik kita hendaknya kita mohonkan kepada Allah.
  2. Berdoa dengan menyebut amal kebaikan kita (bertawasul), dibolehkan secara syar’i.
  3. Berbakti kepada orang tua hendaklah diutamakan dari yang lain. Sesudah bakti kepada Allah dan RasulNya
  4. Setiap perbuatan keji dan zina tidak akan memberikan rasa bahagia dalam hidup
  5. Tunaikanlah amanah tanpa harus meminta upah
Disarikan dari hadits Bukhari nomor 2111 dan Muslim nomor 4926.

Source:
http://ikadisurabaya.org/artikel/3-pemuda-dalam-goa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar